Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin,
banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala
puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul "ETIKA ISLAM”.
Dalam penyusunannya,
penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua ,Bapak
Pembantu Rektor dan terutama bapak Fajar (selaku penangung jawab bahasa
indonesia) yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu
besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Akhir
kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pemba
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA
PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR
ISI..................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1
Latar Belakang..............................................................................
1.2
Rumusan Masalah ……………………………………………….
1.3
Tujuan…………………………………………………………….
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................
2.1 Pengertian Etika Islam..................................................................
2.2 Metode untuk merubah akhlaq…………………………………...
2.3 Kriteria Akhlaq……………………………………………….…..
BAB 3 PENUTUP............................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................
3.2 Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Etika
atau moral merupakan suatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan.Etika
dalam Islam bertindak sebagai rambu-rambu yang merupakan kesepakatan secara
rela dari semua anggota suatu kelompok,etika yang sebagai rambu-rambu dalam
suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan
anggota-anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji yang harus selalu
dipatuhi dan dilaksanakan .
Secara
persial Al-Ghozali termasuk filosof dan sekaligus sufi besar dalam Islam,maka
pendidikan atau etika menurutnya yaitu mengarah pada reaksi tujuan dari
keagamaan akhlak,dimana keutamaan dan pendekatan kepada Allah merupakan tujuan
paling penting dalam pendidikan,karena akhlak yang baik merupakan sifat
Rasulullah SAW.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian-uraian di atas,maka timbul beberapa pertanyaan yaitu:
1.Apa pengertian dari
etika?
2.Apa
itu etika menurut Islam?
3.Jenis-jenis
trend pendidikan Islam!
4.Kewajiban
seorang pendidik dan peserta didik!
C.Tujuan
Dimulai
dari rumusan masalah tersebut,maka tujuan dari penulisan ini adalah untuk:
a.Mengetahui etika Islam
b.Mengetahui
trend-trend pendidikan Islam
c.Mengetahui
kewajiban seorang pendidik dan peserta didik
d.Menambah
wawasan penulis
BAB 2
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Etika
adalah sesuatu yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan atau hal
yang terpuji yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan.
Menurut
Imam Al-Ghozali etika atau akhlak memeiliki empat makna yaitu:
1.Perbuatan
baik dan buruk
2.kemampuan
untuk melakukan keduanya
3.kemampuan
untuk mengetahui keduanya
4.kecenderungan
jiwa kepada perbuatan baik dan buruk
Teori
Al-Ghozali ini sejalan dengan empat teori keutamaan yang diserukan oleh Plato
yaitu:
a.Hikmah kebijaksanaan
b.Kebranian
c.Kesucian
dan
d.keadilan
Al-GHozali
menerima adanya kemungkinan perubahan etika, dan bahkan beliau mengkritik
pandangan orang yang mengnggap bahwa etika tidak dapat berubah dan bahwa etika
sejalan dengan akumulasi karakter dan etika adalah cermin dari batin dan bahwa
mujahhadah dalam pandangan mereka adalah sesuatu yang tidak bermanfaat.
Al-Ghozali
pun menolak pendapat orang yang mengatakan bahwa akhlak tidak dapat berubah
karena tabiat itu tidak bisa berubah dengan mengemukakan dua argument yaitu:
1.Al-khuluq
adalah bentuk batin sebagaimana al-khulqu adalah bentuk dhahir.
2.Kebaikan
akhlak itu hanya melenyapkan syahwat dan emosi.
Dan
iapun berpendapat seandainya akhlak tidak mengalami perubahan,maka
wasiat,nasehat,dan pendidikan tidak berarti apa-apa,padahal Rasulullah SAW.
Mengatakan “Perbaikilah akhlak kalian”, jadi menurut Al-Ghozali akhlak
mengalami perubahan atau dengan kata lain akhlak dapat diperoleh melalui proses
belajar dan dapat pula diubah melalui proses belajar yaitu dengan mendorong
jiwa untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dituntut oleh akhlak yang
dimaksud.
B.Metode untuk merubah
akhlak
Sekalipun
manusia di karuniai akal yang menjadi sarana untuk berfikir dan merenung
tentang tujuan hidup di dunia,tetapi tetap saja ada diantara mereka yang lebih
meperturutkan hawa nafsunya,sehingga lambat dalam menerima kebenaran dan
nasehat,oleh karena itu Al-Ghozali membagi manusia dalam hal yang merubah
akhlak menjadi empat tingkatan yaitu:
1.Orang
lalai yang tidak bisa membedakan antara hak dan bathil,yang bagus dari yang
jelek,bahkan dia tetap berada dalam fitrahnya yang terbatas dari keyakinan,ini
adalah hal yang paling mudah diobati,ia hanya butuh bimbingan dan motifasi yang
mendorongnya untuk mengikuti nasehat.
2.Orang
yang mengetahui keburukan dari suatu yang buruk,tetapi dia belum membiasakan
amal sholeh,bahkan amalannya yang buruk di perhias seolah-olah daik.
3.Orang
yang meyakini bahwa yang buruk itu adalah benar dan bagus.
4.Orang
yang tumbuh di atas keyakinan yang rusak dan terdidik dalam mengamalkan
keyakinannya tersebut,dia melihat keutamaannya dalam banyaknya
kejahatan,pembantaian nyawa manusia,dan berbangga-bangga dengan
kerusakannya,dan dia menganggap itulah yang bisa mengangkat kedudukannya.
Al-Ghozali
mengemukakan “kondisi badan yang umum adalah yang normal.Perut terancam bahaya
karena makanan-makanan,keinginan-keinginan dan berbagai kondisi.Demikian
pula,semua anak kecil dilahirkan dalam keadaan fitri,tetapi kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Nasrani,Yahudi,dan Majusi,atau dengan kata
lain,melalui proses pembiasaan dan pendidikan,maka kenistaan-kenistaan
diperoleh.
C.Kriteria akhlak
Al-Ghozali
memberikan kriteria terhadap akhlak yaitu,bahwa akhlak harus menetap dalam jiwa
dan perbuatan itu muncul dengan mudah tanpa memerlukan penelitian terlebih
dahulu.Dengan kedua kriteria tersebut,maka suatu amal itu memiliki
korespondensi dengan faktor-faktor yang saling berhubungan yaitu:
Perbuatan
baik dan keji,mampu menghadapi keduanya,mengetahui tentang hal itu.
Akhlak
bukan merupakan perbuatan,kekuatan,dan juga bukan ma’rifah.Yang lebih sepada
dengan akhlak adalah haal atau keadaan atau kondisi dimana jiwa mempunyai
potensi yang bisa memunculkan diri padanya menahan atau memberi.Jadi akhlak itu
ibarat dari keadaan jiwa dan bentuknya yang bathiniah.Di satu sisi,pendapat
Al-Ghozali ini mirip dengan apa yang di kemukakan oleh Ibnu Maskawiah dalam
Tahdzib Al-akhlak.
Tokoh filsafat etika yang hidup lebih dahulu ini
menyatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa yang bentuknya bathiniah.
Seorang
pendidik dituntut memiliki beberapa sifat keutamaan yang menjadi kepribadiannya. Di antara sifat-sifat tersebut
adalah:
1.Sabar dalam menangggapi
pertanyaan murid.
2.Senantiasa bersifat
kasih, tanpa pilih kasih (objektif).
3.Duduk dengan sopan,
tidak riya’ atau pamer.
4.Tidak takabbur, kecuali
terhadap orang-orang yang dzalim dengan maksud mencegah tindakannya.
5.Bersikap tawadhu’ dalam
setiap pertemuan ilmiah.
6.Sikap dan pembicaraan
hendaknya tertuju pada topik persoalan.
7.Memiliki sifat
bersahabat terhadap semua murid-muridnya.
8.Menyantuni dan tidak
membentak orang-orang bodoh.
9.Membimbing dan mendidik
murid yang bodoh dengan cara yang sebaik-baiknya.
10.Berani berkata tidak
tahu terhadap masalah yang anda persoalkan.
11.Menampilkan hujjah yang
benar. Apabila ia berada dalam kondisi yang salah, ia bersedia merujuk kembali
kepada rujukan yang benar.
Dalam kaitannya dengan
peserta didik, lebih lanjut al-Ghazali menjelaskan bahwa mereka adalah makhluk
yang telah dibekali potensi atau fitrah untuk beriman kepada Allah SWT. Fitrah
itu sengaja disiapkan oleh Allah SWT sesuai dengan kejadian manusia, cocok
dengan tabi’at dasarnya yang memang cenderung kepada agama tauhid (Islam).
Untuk itu tugas seorang pendidik adalah membimbing dan mengarahkan fitrah
tersebut agar ia tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan penciptaan-Nya.
Menurut al-Ghazali dalam menuntut ilmu, peserta didik
memiliki tugas dan kewajiban, yaitu: (1) mendahulukan kesucian jiwa; (2)
bersedia merantau untuk mencar ilmu pengetahuan; (3) jangan menyombongkan
ilmunya dn menentang guru; (4) mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan.
Dalam belajar, peserta
didik hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.Belajar dengan niat
ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah, sehingga dalam kehidupan sehari-hari
peserta didik senantiasa mensucikan jiwanya dengan akhlaq al-karimah.
2.Mengurangi kecenderungan
pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi. Sebagaimana dalam firman Allah SWT:
"Dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu
daripada yang sekarang (permulaan)." (QS.Adh Dhuha: 4)
3.Bersikap
tawadhu' (rendah hati) dengan cara menanggalkan kepentingan pendidikan.
4.Menjaga pikiran dan
pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
5.Mempelajari ilmu-ilmu
yang terpuji, baik untuk ukhrawi maupun duniawi.
6.Belajar dengan bertahap
dengan memulai pelajaran yang mudah (konkret) menuju pelajaran yang sukar atau
dari ilmu fardlu 'ain menuju ilmu fardlu kifayah.
7.Belajar ilmu sampai
tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu lainnya, sehingga anak didik memiliki
spesifikasi illmu pengetahuan secara mendalam.
8.Mengenal nilai-nilai
ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
9.Memprioritaskan ilmu
diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
10.Mengenal nilai-nilai
pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu yang dapat bermanfaat,
membahagiakan, mensejahterakan, serta memberi keselamatan hidup dunia akhirat.
BAB 3
PENUTUP
A.kesimpulan
Dari
pemaparan tentang konsep akhlak persepektif Imam Al-Ghozali di atas,ada
beberapa kesimpulan yaitu:
1.Definisi
akhlak yang disebut oleh Al-Ghozali sama tentang definisi para ulama’,seperti
Ibnu Maskawiah dan lain-lain,sekalipun dengan bahasa yang berbeda.
2.Akhlak
terbagi menjadi dua yaitu akhlak baik dan akhlak buruk.
3.Akhlak
bisa dirubah dengan mujahhadah dan riyadhatun nafs yaitu dengan mendorong jiwa
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dituntut oleh akhlak yang di maksud.
B.Saran
Etika
adalah sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan atau hal yang
terpuji yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan.
Oleh karena itu kita harus selalu memperbaiki akhlak
kita dengan berpegang teguh pada ajaran-ajaran Islam yang telah diajarkan oleh nabi
besar kita Muhammad SAW.
Demikianlah
makalah ini saya buat,apabila ada kesalahan dalam penulisan atau isi yang
kurang berkenan saya minta maaf yang sebesar-besarnya dan saya harap kritik
serta saran yang membangun bagi pembaca yang budima.
Daftar Pustaka
Iih.Mulyadi Kartanegara,Panorama
Filsafat Islam,Cet.11,Meri 2005,Mizan Media Utama,Bandung,Hlm.93.
Muhammad Bin Mukarram Bin
Manzhur Al Afriqi A Mishri,Lisanul ‘Arab,Daru Shadir, Beirut, Cet,1 Juz x,hlm
85.
Imam Abu Hamid Muhammad
Bin Muhammad Al Ghazali, Ibid.
Thaha Abdussalam Khudhair,
Falsafatul Akhlaq ‘Inda Ibni Miskawaih,1417 H / 1997 M,hlm 26.
Al Jahizh, Tahdzibul
Akhlaq,Darush Shahabah lit Turats,Cet 1, 1410 H / 1989 M,hlm.12.